Harga minyak turun lebih dari 1% pada hari Rabu (22/5), penurunan beruntun untuk hari ketiganya di tengah ekspektasi Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga AS lebih tinggi lebih lama karena inflasi yang berkelanjutan, yang berpotensi berdampak pada penggunaan bahan bakar di konsumen terbesar dunia.
Pasar juga turun karena persediaan minyak mentah dan bensin AS meningkat pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute (API) kemarin. Para analis memperkirakan angka tersebut akan menurun.
Minyak mentah berjangka Brent turun $1,03, atau 1,2%, menjadi $81,85 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun $1,25, atau 1,6%, menjadi $77,41 pada 08.02 GMT.
Minyak menetap sekitar 1% lebih rendah pada hari Selasa.
Pasar minyak mentah fisik telah melemah dan sebagai tanda lain bahwa kekhawatiran akan berkurangnya pasokan cepat, premi kontrak Brent pada bulan pertama dibandingkan kontrak kedua, yang dikenal sebagai backwardation, mendekati level terendah sejak Januari.
Para otoritas The Fed kemarin mengatakan bahwa bank sentral AS harus menunggu beberapa bulan lagi guna memastikan bahwa inflasi benar-benar kembali ke jalur menuju target 2% sebelum memangkasnya.
Sementara suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Saat ini investor sedang menunggu risalah pertemuan kebijakan terakhir The Fed dan, menyusul data API, yang merupakan angka resmi persediaan minyak AS terbaru dari Badan Informasi Energi (EIA) yang akan dirilis pada hari ini.(yds)
Sumber: Reuters